Pages

Wednesday, February 27, 2013

Jose Mourinho Setelah El-Clasicco 27 Februari 2013



Jose Mourinho telah bertahan dari segala kontroversi di tahun ketiganya bersama Real Madrid, dan dengan La Liga tampak mustahil, ditambah dengan sulitnya leg kedua di Copa del Rey dan Liga Champions, bertandang ke markas Barcelona dan Manchester United, banyak pihak yang menilai pelatih berusia 50 tahun tersebut sudah kehilangan harapan.

Pernyataan yang terlalu dini.

Banyak kritikan dapat ditujukan kepada Mourinho. Sikapnya di luar lapangan terkadang buruk dan jelek kepada orang lain sejak mendarat di Santiago Bernabeu pada 2010. Tetapi ketika berhadapan dengan tuntutan untuk menang, dia tahu apa yang dia lakukan.

Kekalahan, ujarnya, "mudah dicerna". Tetapi tampaknya itu akan sangat sulit untuk ditelan bagi sosok pemenang seperti dirinya. 

Kemenangan pertama Mourinho di Clasico, dan menjadi sat-satunya laga yang didapat dengan clean sheet menghadapi Barca, terjadi pada final Copa del Rey pada 20 April 2011, ketika Cristiano Ronaldo mencetak gol di babak tambahan untuk mengamankan trofi juara pertama bersama pelatih barunya. Cukup sulit dipercaya jika Ronaldo mencetak gol pertamanya ke gawang Barcelona, hanya empat hari sebelumnya, ketika Madrid ditahan imbang 1-1 oleh Blaugrana di Bernabeu dalam laga lanjutan La Liga.

Ronaldo, sebelumnya diklaim, bahwa bukan pemain yang mampu tampil di pertandingan besar. Sekarang dia sudah berubah. Jika Mourinho adalah pemimpin di bangku cadangan, maka Ronaldo adalah pemimpin di atas lapangan. Pemain berusia 28 tahun itu merepotkan Pique untuk mendapatkan penalti, mencetak gol dengan baik dan kemudian menambah gol kedua menyusul serangan balik cepat.

Dia sekarang telah mengoleksi 12 gol di El Clasico dan hanya lima gol di belakang Lionel Messi, yang hanya mendapatkan peluang emas melalui tendangan bebas di akhir babak pertama pada laga dini hari tadi (27/2).

Mourinho tidak pernah tidak mendapatkan trofi juara sejak musim pertamanya di Porto pada 2002/03, dan Madrid kini menjadi favorit untuk dapat mengalahkan Atletico Madrid atau Sevilla di laga final Copa del Rey.

Bagi Madrid, ini adalah malam yang tak terlupakan. Mourinho kembali berhasil membungkam kritik.

Sunday, February 24, 2013

Hubungan Buruk Mourinho-Ibra

Materazzi yang sempat diasuh dua musim oleh Mourinho di Inter Milan menyatakan Ibra adalah pemain yang sepertinya kurang disukai oleh Mourinho, yang punya momen tak mengenakkan kala pindah dari Nerazzurri ke Barcelona musim panas 2009.

"Mereka berpisah dengan tidak baik. Ibra seperti mencampakkan kami dengan bergabung ke Barcelona saat sesi pra-musim di Los Angeles," sambungnya.

"Dia bilang ke Cristian Chivu: 'Kamu tidak akan pernah memenangi Scudetto tanpa saya'. Mourinho membalasnya dan bilang: 'Saya ingin kamu tahu bahwa kami akan memenangi segalanya tanpamu.' Seperti itulah yang terjadi."

Dan benar saja apa yang Mourinho bilang karena di akhir musim tanpa Ibra, Inter meraih treble winners dan Ibra hanya meraih titel La Liga bersama Barcelona di musim 2009/2010.

Friday, February 15, 2013

Rahasia Cara Latihan Ala Jose Mourinho


Madrid musim 2011/12 memang begitu superior. Sejak awal musim hingga saat ini, Los Blancos masih terus konsisten di jalur kemenangan. Mereka hanya tiga kali tersandung dan gagal meraih tiga angka, yaitu ketika dikejutkan hingga meraih kekalahan dari Levante, ditahan oleh Racing Santander, dan dipercundangi oleh Barcelona. Di luar itu, Cristiano Ronaldo dkk. benar-benar tak mampu dibendung oleh tim La Liga lainnya.

Hal yang menarik untuk dilihat adalah bagaimana performa Real Madrid selama musim dingin atau pertengahan musim, masa-masa krusial di mana biasanya tim-tim yang bermain di kompetisi liga seketat La Liga akan mulai kehabisan bensin atau mulai diserang cedera pemain yang bisa mempengaruhi kekuatan tim. Kenyataannya, mayoritas pemain Madrid berhasil tetap bugar, bahkan pemain-pemain yang terus dimainkan seperti Ronaldo sekalipun. Apa rahasia pelatih Jose Mourinho untuk tetap mempertahankan kebugaran para pemainnya?

Selain selalu mengeluarkan pernyataan yang unik nan kontroversial di hadapan para wartawan, Mourinho juga cukup unik ketika memberikan latihan kepada para pemainnya. Salah satu keunikannya adalah cara Mourinho menjaga kondisi para pemainnya. Mourinho tak mengandalkan berlatih di dalam gym seperti pelatih-pelatih sepakbola lainnya, Mou hanya mengandalkan latihan permainan menggunakan bola dalam tim-tim kecil.

“Saya hanya melakukan pertandingan tiga lawan tiga, tiga lawan dua, empat lawan tiga, lima lawan lima….” ujar salah seorang pemain kepada media Spanyol, El Pais. “Kami bermain setiap hari di atas lapangan dalam jumlah yang berbeda, dengan gol yang bertambah maupun berkurang dalam hal jumlah dan ukurannya.”

Latihan jenis ini tentu awalnya menimbulkan kebingungan di antara punggawa Madrid. Maklum, biasanya di awal musim, para pemain pasti diberikan porsi latihan yang cukup besar di dalam gym untuk mengembalikan kondisi kebugaran tubuh yang sempat menurun ketika liburan. Tetapi Mourinho merasa yakin dengan metode latihannya tersebut. “Anda akan dalam kondisi sangat bagus di akhir musim nanti,” kata Mourinho.

Sejak dulu, Mourinho memang percaya bahwa pesepakbola harus selalu berlatih dengan menggunakan bola. Dalam buku “A, A’ Por que tantas victorias?” atau yang secara harafiah berarti “Mengapa Begitu Banyak Kemenangan?”, Mourinho mengungkapkan bahwa sejak awal ia memang tak memiliki metode latihan tanpa bola karena mereka memang bermain di organisasi sepakbola. Hal ini juga didukung oleh eks pelatih Real Sociedad, Juanma Lillo, yang mengatakan, “Di sepakbola, melatih fisik tanpa bola seperti melatih lengan Nadal (Rafael Nadal, petenis) tanpa menyambungkan lengannya dengan tubuhnya.”

Pemain dituntut tidak hanya berkembang secara fisik, tetapi juga dari sisi teknik dan taktik. Untuk hal yang terakhir ini, Mourinho benar-benar keras. Ia ingin para pemainnya paham dengan taktik yang perlu diimplementasikan di atas lapangan. “Dalam mengejar sisi taktis, saya memfavoritkan hal itu dibanding komponen penampilan lainnya,” aku Mourinho.  “Kebutuhan akan hal taktis berada di atas hal lainnya. Saya tidak percaya pada tim yang telah siap fisik dengan baik atau buruk, tetapi pada tim yang telah memahami atau tidak dengan matriks permainan.”

Mourinho memang memiliki cara tersendiri dalam melatih pemain-pemainnya. Jadwal Mourinho biasanya adalah melatih fisik (dengan menggunakan bola, tentunya) selama satu jam dan kemudian dilanjutkan dengan latihan permainan dalam tim besar yang berlangsung selama 10 sampai 20 menit. Namun yang unik dari latihan permainan ini, para pemain dituntut untuk bermain dengan sangat cepat dan tak boleh berhenti. Setiap pemain harus selalu bergerak.

“Anda bisa memiliki beberapa detik untuk beristirahat dan minum,” terang Mourinho seperti dikutip oleh El Pais. Namun meski ada waktu istirahat, para pemain tetap tak boleh bermain-main, “dan jika konsentrasi Anda terganggu dengan berbicara kepada seseorang, maka Anda tidak boleh minum.”

Unik, namun sukses. Terbukti dengan sangat baiknya kondisi fisik para punggawa Los Merengues hingga saat ini dan hanya sedikit pemain yang terganggu oleh cedera. Mourinho setidaknya telah membuktikan bahwa dirinya memang salah satu pelatih terbaik di dunia saat ini.

sumber : supersoccer.co.id

Menghormati Moratti, Memuji Mourinho


Selasa sore, Maradona sempat mengunjungi kamp latihan Inter, Centro Sportivo Angelo Moratti, di Appiano Gentile, dan bertemu dengan allenatore Jose Mourinho. Berikut petikan wawancara Maradona dengan Inter Channel sesaat sebelum meninggalkan Gentile menuju Giuseppe Meazza.

Sepanjang sejarah, Inter merupakan salah satu klub yang paling banyak memakai pemain asal Argentina. Tidak kurang dari 35 pemain yang telah memakai kostum Nerazzurri. Kini, enam di antaranya tercatat sebagai anggota skuad. Itukah alasan Anda mengunjungi Inter?
Pertama-tama, saya harus mengucapkan terima kasih kepada Massimo Moratti, yang tanpa diragukan lagi adalah presiden saya di Italia. 

Sosok yang telah membuat Inter menjadi begitu hebat. Salah satunya, merekrut (Jose) Mourinho di musim panas lalu, seorang pelatih yang bakal saya pekerjakan seandainya saya menjadi presiden di klub manapun di dunia ini. Jose punya segalanya, ia tahu bagaimana cara bersikap terhadap pemain, media massa, dan di ruang ganti pemain. Saya pikir, dialah pelatih terbaik di dunia saat ini.

Andaikata kesempatan itu ada, bersediakah Maradona bermain bersama Inter di bawah kendali Massimo Moratti?
Tentu saja, iya. Tanpa diragukan lagi. Dengan segala hormat kepada fans Napoli yang selalu ada di hati saya (Napoli adalah klub Italia pertama yang diperkuat Maradona, 1984-1991), saya percaya jika Moratti ketika itu menjadi presiden, maka saya bakal memakai kostum Inter.

sumber : bola.liputan6.com

Mourinho: Hati Saya Inter Milan


Pelatih Jose Mourinho mengatakan, dirinya melatih Real Madrid untuk mengembangkan kariernya, tetapi hatinya adalah Inter Milan.

Sebelum melatih Madrid, 2010 lalu, Mourinho menangani Inter Milan selama dua musim. Pada musim kedua, ia membawa Inter menjuarai Serie-A, Piala Italia, dan Liga Champions.

"Saya punya kenangan indah bersama Inter. Saya pindah karena menang bersama Madrid akan membuat saya masuk sejarah, tetapi hati saya tetap Inter Milan. Inter adalah klub yang ingin saya tinggali lebih lama," ujar Mourinho.

"Tak ada tempat lain yang memberikan kegembiraan seperti di sana. Inter adalah keluarga dan selamanya saya adalah keluarga 'I Nerazzurri'. Ketika saya pergi, saya menangis lebih dari sekali. Saya hidup dalam lingkungan fantastis di tempat saya melatih, Pinetina, dan di Meazza."

"Kenapa saya meninggalkan Milan dan pindah ke Madrid? Itu adalah untuk ketiga kalinya Madrid menawarkan kursi pelatih kepada saya dan teman saya mengatakan, 'Kamu bisa menjadi pelatih besar, tetapi jika kami tak menjadi juara bersama Real, akan selalu ada yang kurang,'" tuturnya.

Sumber : bola.kompas.com

Kontroversi Jose Mourinho


Bicara Jose Mourinho tidak akan pernah lepas dari kontroversi. Sejak pernyataannya di depan media Inggris bahwa dirinya adalah ‘The Special One’, Mourinho memang lekat dengan ucapannya yang ‘provokatif’. Hal tersebut masih berlaku kala ia menukangi Real Madrid. Mulai dari suporter, rival abadi seperti Barcelona, hingga petinggi klub sendiri, pernah merasakan abu hangat ‘perang kata’ dengan El Unico. Tak terkecuali baru-baru ini. Di antara riak gosip bahwa dirinya akan hijrah dari Real Madrid akhir musim nanti, Jose Mourinho ‘mengangkat bendera perang’ terhadap pemilihan pemain terbaik dunia (Ballon d’Or), Atletico Madrid, hingga nasibnya sendiri; tentu dengan gaya bicara khasnya yang kadang membuat kerinduan tersendiri. Terakhir, pria Portugal menyatakan, bahwa jika pun ia akan meninggalkan Los Blancos, ia tidak akan beristirahat dalam setahun. Alias, langsung menangani tim lain.

“Yang bisa saya katakan, andai pergi musim depan, saya akan tetap bekerja, tidak tahu di sini atau di tempat lain,” demikian yang menjadi ucapan Jose Mourinho ketika ditanyai seputar isu kepergiannya dari Real Madrid pasca duel Los Blancos vs Ajax (4-1) di laga terakhir babak penyisihan grup Liga Champions. Jawaban yang ambigu, cerdas, dan mungkin menyindir seseorang. Demikianlah gaya khas seorang Jose Mourinho selama ini. Di mana pun ia berada.

Gosip kepergian Mourinho bukanlah hal baru di Real Madrid. Namun, memang menghangat di pekan-pekan ini. Harian Marca sampai mengeluarkan polling untuk melihat respons fans tentang siapa yang kira-kira layak menggantikan The Special One. Dan, di antara gosip hengkangnya ia dari Los Merengues, Jose Mourinho masih sempat untuk ‘memanaskan keadaan’. Baru-baru ini, ia baru saja menyindir dua orang sekaligus.

Pertama, para petinggi sepakbola dunia yang dianggapnya tidak netral dalam pemilihan pemain terbaik dunia. Bagi Mourinho, gelar Ballon d’Or 2012 pasti akan diberikan kepada Lionel Messi. Apalagi baru-baru ini, Michel Platini, sang presiden UEFA, menyatakan, andai Messi meraih Ballon d’Or keempat, sang mesiah memang layak mendapatkannya.

Kedua, terhadap Mono Burgos, asisten pelatih Atletico Madrid. Burgos baru saja memberi ancaman kepada Mourinho dalam Derby Madrid. Ia berkata, “Saya bukan Tito. Saya bisa mencabut kepala Anda!” Uniknya, kala diwawancarai seputar ancaman Burgos ini, dengan enteng Jose Mourinho berkata tak mengenal Burgos. Ucapan yang kemudian disambut oleh Presiden Atletico Madrid, Enrique Cerezo yang berkata, “Siapa Mourinho? Apakah dia presiden Celta Vigo?”

Sebelum kontroversi ini pun, Mou sudah banyak bertukar kata dengan banyak orang. Semisal, Madridistas. Sergio Ramos di awal musim ini. Alberto Toril, pelatih Real Madrid Castilla. Namun, tidak ada yang lebih terkenal daripada ‘pidato Por que (Mengapa)’ ala Mourinho di semifinal Liga Champions 2010-2011. Demikianlah. Ia memang lekat dengan kontroversi. Tapi, senantiasa dinanti komentarnya. Ya, Jose Mourinho memang The One, satu-satunya.

5 Aturan Melatih ala The Special One’s Jose Mourinho


Mourinho dikenal sebagai pelatih yang tak kenal kompromi dan menjunjung tinggi kedisiplinan. Pelatih 47 tahun tak segan-segan mencoret seorang pemain dari skuad jika memang melanggar aturan yang diterapkan. Mou pernah melakukannya terhadap striker belia Mario Balotelli serta Adriano Leite, kala masih bersama Nerazzurri.Kini, bersama pasukan Los Blancos, Mou tampaknya tidak akan mengubah sikapnya itu. Tidak peduli berapa banyak pemain bintang yang memperkuat skuad.

Sedikitnya, Mourinho punya lima aturan dasar yang wajib dipatuhi seluruh punggawa El Real. Iker Casillas dkk tidak punya pilihan lain kecuali mematuhi aturan tersebut, jika ingin mendapatkan posisi reguler di starting XI Los Galacticos.

Berikut kelima aturan The Special One :

1. Tidak ada kata terlambat saat latihan
Mourinho berharap seluruh pemainnya datang tepat waktu setiap menjalani sesi latihan. Terlambat satu menit saja, jangan harap bisa mengikuti sesi latihan tim di Valdebebas. Mereka yang terlambat dipersilahkan melakoni latihan seorang diri.

2. Ketepatan waktu juga berlaku saat hendak melakoni laga
Semua pemain diharapkan sudah siap di depan hotel dan berangkat menuju tempat pertandingan sesuai jadwal yang ditetapkan. Terlambat datang? Silahkan berangkat sendiri ke stadion.

3. Latihan intens 90 menit
Mourinho mewajibkan semua anak asuhnya melakukan latihan fisik intens selama 90 menit dalam setiap sesi latihan.

4. Pemain yang cedera datang lebih awal
Jika merasa kurang fit ataupun mengalami cedera, pemain harus datang satu jam lebih awal ke Valdebebas untuk diperiksa oleh dokter tim. Nantinya, dokter lah yang akan memberitahukan Mou tentang kondisi pemain. Mou tidak akan menerima permintaan latihan ringan bagi pemain pada menit-menit terakhir.

5. Ponsel dilarang berbunyi setiap berada di bus
Memang tidak berhubungan langsung dengan performa pemain. Tapi, Mou melarang keras para pemainnya membunyikan ponsel saat berada di dalam bus. Mereka boleh menyalakan ponsel, namun harus dalam kondisi silent.

Menangani Klub dengan 'Jurus Cinta'


Klub-klub besar lazimnya memiliki sejumlah tantangan yang juga besar, di antaranya pemain bintang yang punya ego menjulang. Jose Mourinho tak asing dengan kondisi itu dan ia pun menuturkan bagaimana cara menyiasatinya.

Selama kariernya melatih, Mourinho sejauh ini sudah menangani Benfica, Uniao de Leiria, Porto, Chelsea, Inter Milan, dan sekarang Real Madrid. Usai meraih sukses bersama Porto, pria Portugal 49 tahun itu memang selalu mengundang minat klub-klub besar Eropa yang berharap menuai hasil oke dari tangan dinginnya.

Menangani klub besar nan ambisius tidak selalu menjadi hal mudah. Selain ada ekspektasi yang mesti dipenuhi, pemain-pemain bernama besar yang ada di klub tersebut bisa memberikan tantangan tersendiri.

Hal itu tidak disangkal oleh Mourinho. Tetapi ia pun sudah menemukan jurus tepat untuk menciptakan keselarasan antara dirinya sebagai pelatih dengan para pemain bintang yang lazimnya berego besar.

"Para pemain harus bisa menyesuaikan dengan egoku. Ini adalah perpaduan keduanya, kami harus bisa menyatu sebagai keluarga karena kami punya dua keluarga, keluarga sebenarnya dan keluarga di klub kita," terangnya dalam acara "Meet and Greet with The Special One" yang diikuti sejumlah wartawan, di antaranya detikSport, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (13/6/2012) malam.

"Jelas kita lebih cinta keluarga kita sebenarnya, tapi masalahnya kita lebih sering dengan klub dibanding keluarga. Maka itu kita harus bisa saling membina hubungan. Kita pun punya masalah, mungkin dengan teman, istri, kakakmu atau siapapun. Namun, jika ada cinta, maka orang akan bisa menyelesaikan masalah itu. Begitu pun di sepakbola. Aku bukan orang yang sempurna dan begitupun pemain. Aku tahu baik dan buruknya pemain, begitu pun mereka," beber Mourinho.

Mengaku selalu bekerja dengan senyum dan hasrat besar, Mourinho juga dikenal amat dekat dengan pemainnya. Bahkan setelah ia hijrah dari sebuah klub, tidak jarang Mourinho masih akrab dengan mantan pemainnya.

"Aku dan pemain seperti teman. Mungkin aku tidak bisa katakan 100 persen, tapi 99 persen aku dan mantan pemainku tetap berteman," terangnya.

Sumber : sport.detik.com

Cara Mourinho Memengaruhi Wasit


Menurut wasit Inggris, Graham Poll, yang berusia 49 tahun, Mourinho memiliki pribadi yang memikat. Ia memiliki caranya untuk bergaul dan mengakrabi wasit.

Poll mengingat masa-masa awal Mourinho datang ke Inggris untuk melatih Chelsea pada 2004. Luso mengundang Poll ke sesi latihan Chelsea untuk memperkenalkan dirinya dan tim. "Dia sangat memesona dan memperkenalkan saya kepada timnya sebagai 'wasit terbaik di Eropa,'" tulis Poll.

Secara tersirat, Poll sebenarnya ingin mengatakan Mou sangat mempertimbangkan peran wasit dalam kemenangan timnya. Sebelum hijrah ke London, Poll memimpin tiga laga Mourinho bersama Porto. Di tiga laga itu, Mourinho meraih kemenangan.

Di tahun pertamanya di Inggris, Poll memimpin enam laga yang dimainkan Chelsea. Pertandingan pertama adalah laga bersejarah dengan mengalahkan raksasa Manchester United 1-0. Usai laga, Mou menghampiri Poll dan mengatakan "semuanya OK". Sebaliknya, sang wasit memberikan candaan dengan mengatakan ruang wasit di Stamford Bridge terlalu "sepi" dan perlu sekurang-kurangnya beberapa dekorasi.

"Lima pekan kemudian saya kembali ke sana. Ruang wasit memiliki dua alat penyiram (shower) baru, pujian di toilet, dan televisi layar datar," kata Poll.

Situasi berbeda ketika Poll memimpin pertandingan di mana Chelsea kalah. Saat The Blues takluk 2-1 dari Liverpool di semifinal Piala FA di Old Trafford, Mourinho mendatangi Poll di ruang ganti dengan wajah yang tak lagi memikat sambil berkata, "Aku pikir kau temanku".

Dan Poll menulis, "Kau boleh saja membuat kesimpulanmu sendiri, tapi aku memilih mengabaikannya". 

Pengakuan yang dituturkan Poll menunjukkan bagaimana pelatih berusia 50 tahun itu memengaruhi wasit untuk kepentingan pertandingan pasukannya. (Dailymail)

Related Posts